Selasa, 25 Oktober 2011

Kenapa orang takut menikah ?

| Selasa, 25 Oktober 2011 | 1 komentar



Menikah? Siapa Takut!! He…he… ternyata emang masih banyak koq yang takut menikah. Katanya sih sebagian besar di antaranya adalah para ikhwan. Katanya lho..belom tentu benar. Seringkali muncul pertanyaan dalam pembicaraan para akhwat, “Kenapa sih banyak ikhwan yang udah lulus, udah kerja tapi belum siap nikah, sedikit sekali ya ikhwan yang menyatakan siap nikah” Eit.. tapi ternyata ada juga lho para akhwat yang takut menikah tapi dengan alasan yang berbeda dengan para ikhwan. Sebenarnya kenapa sih mereka takut menikah?


Berikut ini ada kutipan dari majalah Tarbiyah edisi lama yang membahas tentang ini. Ada beberapa hal yang membuat seseorang itu takut mengambil keputusan untuk menikah.

Yang pertama ini lebih kepada problematika mental, artinya ada satu situasi psikologis yang dialami oleh seoran anak muda itu, dia merasa underestimet terhadap dirinya, rasanya baru anak kemarin, masih suka garuk-garuk kepala

Secara psikologis masih ada jiwa kekanak-kanakan ini sebenarnya tidak menjadi masalah selama jiwa kekanak-kanakan itu kemudian tidak mendominasi sikap mentalnya. Kalau sifat ini mendominasi, maka susah untuk mengambil keputusan menikah. Tapi kalau di kalangan ikhwah, insya Allah hal ini terminimalisirlah, karena sering didoktrinkan dalam kajian-kajian oleh murobbinya, misalnya dengan mengatakan ‘Ayolah cepat kamu menikah, masa takut sih untuk menikah” Kalau ini mah biasanya buat para ikhwan, kalau akhwat ga perlu dikomporin kayak gini, sukanya malu-malu kucing

Jadi, ini adalah persoalan mental. Orang merasa takut karena merasa dirinya masih anak-anak. Sedangkan kalau berbicara tentang pernikahan itu dianggap pembicaraaan orang dewasa. Apa sih pembicaraan nikah itu? Pembicaraan tentang nafkah, iih.. sekarang gua jadi suami. Bisa nggak gua?

Karenanya Rasulullah SAW memberikan solusi, ketika orang mengalami kondisi kejiwaan seperti ini, kata Nabi SAW “Wahai para pemuda, bila kalian telah memasukin usia baligh (telah memiliki kematangan seksual), maka menikahlah…” Ini adalah doktrin membangun keberanian. Doktrin ini harus mendarahdaging, harus kuat. Doktrin ini sudah cukup kuat membangun suasana keberanian. Jangan merasakan galau untuk menikah. Karena galau merupakan sikap underestimet terhadap diri kita. Padahal sebenarnya kita mampu untuk melakukannya. Kita harus membangun keberanian.

Kemudian persoalan yang kedua adalah persoalan ekonomi. Persoalan ini juga banyak yang mengganjal seseorang untuk punya keberanian untuk mengambil keputusan menikah. Ada satu yang mengganjal tentang persoalan ekonomi ini. Karena begitu berpikir tentang menikah, perhitungan pertama adalah matematis. Berapa biaya pernikahan? Foto, undangan, isi kamar, KUA, serahan, roti buaya, dsb. Ini adalah cara berpikir kalkulasi, belum lagi ada yang berpikir, “Lu mau menikahi anak orang dengan begitu saja, mau ngasih makan apa anak orang, lu mau kasih makan batu?” Itu sesuatu yang masih kuat di tengah masyarakat. Apalai saat ini biaya ekonomi sangat tinggi. Memang ada benarnya juga bahwa pernikahan itu ada biayanya juga, itu betul. Tapi maksud saya adalah janganlah hal itu begitu menghantui pikiran kita.

Al Qur’an telah menjawab persoalan ini. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (An-Nuur:32)

Kendala yang ketiga adalah kendala budaya. Ini serin kita alami juga. Contoh ada seorang akhwat yan memiki kakak yang belum menikah. Padahal sudah ada ikhwan yan taaruf dengan dia. Akhirnya pangeran sudah datan, sudah taaruf, tapi keluarga menahan karena kakaknya belum menikah. Itu adalah sebuah budaya yang terjadi di masyarakat kita. Di samping itu ada lagi masalah suku. Misalnya ada orang Minang harus dengan orang Minang. Atau Jawa dengan Jawa, dsb.

Bila kita sebagai anak muda mengalami hal ini, kita harus membangun komunikasi intensif denan orang tua. Tapi jangan dilakukan pada saat ketika mau taaruf. Harus membangun komunikasi yang intensif jauh-jauh harilah.

Kendala yang terakhir adalah terlalu banyak pilih. Sebenarnya ini boleh-boleh saja. Contoh, saya ingin cari akhwat yang usianya 19-21, fakultas kedokteran, kulit putih, mata jernih, hidung mancun, tinggi 170 cm minimal. Kalau ada yang minta dicariin yang seperti ini, dikasih cermin aja kali ya, ngaca dulu.. Biasanya ini terjadi di ikhwannya. Kalau di akhwatnya, insya Allah mungkin tidak terlalulah. Cukup dengan sholeh, baik, ekonominya sedan-sedang sajam pendidikannya cukup S1, orannya agak gantenglah, dan enak dilihat (Hehe.. Ini sih sama saja). Hal ini sih boleh-boleh saja kita melakukan seleksi berdasarkan pilihan-pilihan itu. Kala Nabi SAW “Muslimah itu dinikahi karena 4 hal, karena ia anak orang kaya, karena nasabnya, karena kecantikannya, karena komitmen agamanya baik, dan Rasulullah menganjurkan “Nikahilah karena komitmen agamanya baik” . Jadi, boleh-boleh saja memiliki sikap seperti ini, tetapi janganlah menjadi sesuatu yang menjadikan kita susah untuk menikah. Jadi,jangan terlalu banyak pilih.

Trus bagaimana kiat-kiat mengatasi kendala-kendala di atas? Bagi yang mengalami kendala dengan orang tua, bangunlah kamunikasi yang efektif dengan orang tua, mencari waktu-waktu atau suasana yang tepat untuk berbicara dengan mereka. Yakinkan mereka bahwa kita sudah siap untuk menikah. Buatlah orang tua yakin bahwa kita sudah mampu menafkahi atau mengurus keluarga. Tunjukkan bahwa kita adalah dewasa dalam segala hal.

Kalaupun yang berkaitan dengan kasus “Tidak boleh menikah, sebelum kakak menikah”, adalah merupakan kasus klasik yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Ini disebabkan oleh tradisi atau budaya yang hidup di masyarakat. Tetapi ingatlah, tidak ada masalah yang tidak ada penyelesainnya. Dengan kesungguhan berkomunikasi dengan keluarga dan tawakal pada Allah, insya Allah masalah ini akan ada kemudahan.

Menetapkan niat dan bersungguh-sungguh tentunya akan membawa keberhasilan. Jangan takut, maju terus pantang mundur.
Wallahu a’lam


Sumber : http://embuntarbiyah.wordpress.com

1 komentar:

Tips Keuangan mengatakan...

Om emang bener ya klo sudah menikah tuh perasaan jadi ngerasa selalu bokek?

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com